Danau Batur yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali saat ini dalam kondisi tercemar. Dalam tiga hari terakhir terhitung sejak Senin 20 Juni 2011, puluhan ton ikan dari berbagai jenis dan berbagai ukuran mati mendadak.
Saat ini, para petani dan warga di Desa Songan, Desa Buahan, Desa Kedisan, Batur dan beberapa desa lainnya yang terletak di pinggir Danau Batur sibuk mengumpulkan bangkai ikan karena bau tak sedap.
Jumlahnya sangat banyak. Jenis ikan yang mati antara lain mujair, kaper, udang, dan sebagainya terpaung di atas danau dan mati mendadak. Bahkan, nelayan Danau Batur yang memiliki keramba penangkapan ikan hanya berhasil mengumpulkan ikan mati untuk dievakuasi ke darat.
Menurut Kepala Laboratorium Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Bali, Gede Suarjana, sekalipun belum ada uji laboratorium, kemungkinan ikan-ikan tersebut mati lantaran dipicu belerang berlebihan karena terjadinya gempa dengan skala kecil pada Gunung Batur.
Pantauan sementara di lapangan menunjukkan, warna air berubah menjadi keputih-putihan. Menurut Suarjana perubahan tersebut terjadi gempa bumi pada Senin 20 Juni 2011 dini hari.
"Dari penuturan warga, sempat terjadi gempa kecil di sana. Diduga gempa tersebut yang membuat sulfur dan belerang Gunung Batur turun ke danau dan menyebabkan ikan-ikan mati," tuturnya, Selasa 21 Juni 2011.
Bila perubahan warna air tersebut disebabkan letusan Gunung Batur, di dasar danau hampir dipastikan kekurangan oksigen bagi ikan dan hewan atau tumbuhan lainnya. Kekurangan oksigen tersebut akibat dari meningkatnya sulfurdioksida (So2) serta jenis- jenis logam lainnya. Meningkatnya So2 disebabkan oleh kadar belerang yang tinggi, sehingga menyebabkan racun bagi ikan dan makluk hidup lainnya di danau.
"Ini fenomena alam yang terjadi secara mendadak dan menyebabkan sulitnya makluk hidup untuk mendapatkan oksigen secara sempurna," ujarnya.
Penyebab lain kemungkinan besar, PH-nya rendah, keasaman meningkat dan ikan akan banyak yang mati. Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh pencemaran limbah masyarakat, pakan ikan dari keramba nelayan yang membusuk dan sebagainya sehingga kandungan fosfor (f4) meningkat tajam.
"Namun, dari informasi lapangan yang diterima, kemungkinan besar akibat letusan gunung api yang terjadi dasar danau karena terjadi gempa sebelum perubahan warna air," ujarnya.
Sementara itu, dihubungi terpisah, Kepala Bidang Informasi dan Data BMKG Bali, Endro Tjahono mengatakan, dugaan gempa yang terjadi pada Gunung Batur tak tercatat pada pusat data di BMKG.
"Saya sudah tanyakan kepada bagian Regional Gempa III. Ternyata, gempa yang dikatakan terjadi pada Gunung Batur tidak tercatat pada BMKG," katanya kepada VIVAnews.com.
Endro menuturkan, gempa sendiri bisa terjadi karena beberapa faktor. Bisa karena pergeseran lempeng bumi, bisa karena pergerakan vulkanik pada gunung berapi dan juga gempa karena terjadinya reruntuhan akibat tambang.
"BMKG mencatat gempa, karena pergeseran lempeng bumi. Untuk di Gunung Batur, silakan hubungi Dirjen Vulkanologi. Mereka yang mencatatnya. Sekali lagi kami tegaskan, gempa di Gunung Batur tidak tercatat pada BMKG," ujar Endro.
Danau Batur sendiri saat ini memiliki kedalaman rata-rata 50,8 meter, panjangnya 7,7 Km, lebar 2,7 Km, dengan volume air sebanyak 815,38 juta meter kubik.
_VIVAnews.com
0 comments:
Post a Comment